Kisah Nyata: Durhaka Kepada Ibu, Jenazah Pria ini Hangus Terbakar!
RadarIslam.com
~ Ini adalah kisah nyata yang semoga bisa menjadi pelajaran bagi kita
semua. Bagaimana seorang anak yang berani durhaka kepada orang tuanya,
khususnya kepada Ibunya. Hingga saat meninggalpun, jenazahnya kedapatan
terbakar saat makamnya dibongkar. Cerita memilukan ini disarikan dari
ceramah KH Zubairi Rahman, pengasuh Program Keluarga Sakinah Suara Giri
FM.
Sebut
saja nama si jasad itu Karta. Ia telah menikah dengan wanita
pilihannya. Wajahnya cantik. Namun sayang, hatinya tak secantik
wajahnya.
Karta
mulai terpengaruh dengan istrinya dan hampir selalu menurutinya. Dari
sinilah kisah tragis itu dimulai.Selain Karta dan istrinya, di rumah itu
juga tinggal ibunya. Sebelumnya, Karta bersikap baik pada ibunya. Tapi
perlahan, sang istri 'mencuci otak' sang suami.
Suatu hari, sepulang Karta dari tempat kerja, istrinya mengadu.
“Mas, ibu itu bagaimana sih. Kerjanya cuma jalan-jalan ke rumah tetangga. Nggak mau bantuin aku.”
Karta langsung termakan kata-kata sang istri. Dicarinya ibunya.
“Ibu, ibu sukanya ke main ke rumah tetangga ya. Nggak mau mbantu menantu ibu.”
“Siapa
yang bilang begitu. Ibu itu yang ngepel dan nyapu rumah ini, Karta. Ibu
yang mencuci. Dan makanan yang kamu makan itu, itu juga ibu yang masak.
Ibu memang ke rumah tetangga, tapi itu cuma sebentar. Untuk istirahat.
Kalau istirahat siang-siang di rumah ini, ibu bisa dimarahi istrimu…”
Mendengar penjelasan itu, bukannya minta maaf, Karta malah tidak mempercayainya.
“Ah, ibu alasan saja.”
Hari-hari
berikutnya, hubungan antara Karta dan ibunya tak kunjung membaik.
Apalagi hubungan antara ibu dengan istri Karta, semakin memanas. Hingga
suatu malam, setelah Karta sampai di rumah, sang istri memintanya
mengambil keputusan yang sangat sulit.
“Mas,
aku sudah tidak betah lagi sama ibu. Aku dan ibu tidak bisa lagi
tinggal dalam satu atap. Sekarang Mas pilih, aku yang pergi atau ibu
yang keluar dari rumah ini,” kata istri Karta dengan nada tinggi.
Karta bingung. Ia tidak tega mengusir ibunya, tetapi ia juga tidak sanggup berpisah dari istrinya.
Entah setan apa yang merasukinya, ia pun melangkah ke kamar ibunya.
“Masya
Allah, benarkah kamu mau mengusir ibu ini, Karta?” tanya ibu setengah
tak percaya saat mendengar Karta memintanya pergi dari rumah.
“Iya, Bu. Ini demi kebaikan rumah tangga kami.”
“Kamu
tega, Karta,” orang yang namanya dipanggil hanya diam, “kalaupun kamu
mengusirku, tunggulah besok pagi. Tengah malam begini, ibu harus ke
mana?”
Karta terdiam. Ia tak menjawab. Tapi keputusannya telah bulat.
Beberapa
waktu kemudian, ibu keluar dengan tas di tangannya. Tidak semua
barangnya bisa dibawa. Ia melangkah berjalan di tengah malam, sambil air
mata terus menetes membasahi pipinya.
Sebagai
seorang ibu, ia sungguh sangat kecewa. Sakit hatinya. Diusir oleh anak
sendiri yang lebih mementingkan istri tak berakhlak daripada ibunya.
Dalam
kondisi itu, sang ibu pun berdoa. “Ya Allah, hatiku sakit atas
perlakuan ini. Anakku sendiri mengusirku, padahal aku yang mengandung,
melahirkan, menyusui dan membesarkannya. Ya Allah, aku tidak ridho
padanya. Aku haramkan seluruh air susu yang diminumnya sejak bayi hingga
membentuknya seperti saat ini.”
Doa
seorang ibu yang didurhakai, doa di tengah malam, dalam kondisi hujan
rintik-rintik, ketiga faktor mustajabnya doa itu bertemu.
Keesokan harinya, Karta merasakan seluruh tubuhnya sakit. Kulitnya mulai gatal-gatal.
Makin
lama, kulitnya seperti melepuh. Hari-hari berikutnya lepuhan itu
mengeluarkan nanah dengan bau yang menyengat. Sampai-sampai, tetangga
yang menjenguknya pun tidak berani mendekat.
“Tolong carikan ibuku, aku ingin minta maaf. Sakitku ini karenanya,” pintanya pada seseorang.
“Tidak.
Biar Karta merasakan sakit itu. Sakitnya hatiku diusir lebih sakit dari
apa yang dirasakan Karta,” jawab sang ibu saat ditemui pesuruh Karta,
“aku tak mau kembali ke rumah itu.”
Beberapa hari kemudian, Karta pun meninggal. Begitu busuknya bau Karta, sampai-sampai tidak ada yang mau memandikannya.
Sang
istri pun menyewa orang untuk memandikan Karta. Waktu meninggalnya
Karta hampir bersamaan dengan meninggalnya orang lain di kampung yang
sama.
Sehingga tersedialah dua galian untuk memakamkan mereka. Dan baru saja Karta dimakamkan, keributan terjadi.
“Ini
seharusnya makam untuk saudara saya, kenapa ditempati,” kata seseorang
yang terkejut melihat galian makam untuk saudaranya telah terisi.
“Maaf
pak, kami tidak tahu. Karena sudah terlanjur, sekali lagi kami minta
maaf. Mohon almarhum dimakamkan di galian satunya Pak, kan sama-sama
makamnya.”
“Tidak
bisa! Ini sudah kita pesan liang lahatnya dekat dengan anggota keluarga
yang meninggal sebelumnya. Kalau di sana kan jadi terpisah. Kami tidak
mau. Harus dibongkar”
Karena
tidak bisa diajak kompromi, akhirnya warga pun mengalah untuk
membongkar kembali makam Karta. Anehnya, saat makamnya dibongkar, mereka
mendapati kain kafan Karta telah berubah warna; coklat keabu-abuan.
Tubuhnya juga tampak lebih tipis. Dan begitu dibuka, mereka terkejut bukan main. Jenazah Karta berubah warna dan bentuk, seperti hangus terbakar.
Tubuhnya juga tampak lebih tipis. Dan begitu dibuka, mereka terkejut bukan main. Jenazah Karta berubah warna dan bentuk, seperti hangus terbakar.
Demikian
dahsyatnya azab bagi anak yang durhaka kepada ibunya. Azab pedih
langsung terjadi di dunia dan lebih pedih lagi saat berada di alam
barzah.
Baca Juga:
Baca Juga:
Begitu dahsyatnya azab akibat durhaka kepada orang tua Allah tidak
menundanya di akhirat akan tetapi azab itu di segerakan di dunia berupa
kesengsaraan hidup, saat sakratul maut dan juga di akhirat. [Radarislam/ PM]