Dokumen Panama Papers Ungkap Arab Saudi Turut Biayai Kampanye Pemilu PM Israel
Radarislam.com ~ Situs berita Turki bernama Middle
East Observer dan dikutip kompas.com
(10/5/16) memberitakan hal yang mengejutkan yang bersumber dari dokumen Panama
Papers. Dalam situs ini disebutkan pemimpin parlemen Israel Knesset yaitu
Izaac Herzog, menyebut Raja Arab Saudi yaitu Salman bin Abdulaziz ikut mendanai
kampanye pemilihan PM Israel Benyamin Netanyahu.
“Raja Salman mendepositkan uangnya sebesar 80 juta dolar AS (lebih dari 1
triliun rupiah) untuk mendukung kampanye Netanyahum,” ungkap Herzog seperti
yang ada pada Panama Papers.
"Uang itu dikirimkan lewat seorang warga Suriah-Spanyol, Mohamed Eyad
Kayali. Uang tersebut dimasukkan ke akun sebuah perusahaan di British Virgin
Islands milik Teddy Sagi," ujar ketua Partai Buruh Israel itu.
Teddy Sagi, adalah seorang pengusaha dan
miliarder Israel yang kemudian mengalokasikan uang itu untuk mendanai kampanye
pemilihan PM Benyamin Netanyahu.
Sejauh ini belum diperoleh pernyataan resmi dari pemerintah Israel maupun Kerajaan Arab Saudi terkait masalah ini.
Namun, sejumlah media banyak menulis bahwa meski di atas kertas Arab Saudi dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik, tetapi para petinggi kedua negara kerap bertemu secara rahasia.
Dalam sebuah artikel yang dirilis bloomberg.com pada 4 Juni 2015, menyebut sejak awal 2014 para pejabat kedua negara setidaknya sudah lima kali menggelar pertemuan rahasia.
Salah satu alasan kedua musuh bebuyutan ini bisa bertemu karena keduanya memiliki musuh bersama yaitu Iran.
Meski demikian, di ranah diplomasi, Arab Saudi tetap tidak mengakui keberadaan Israel dan Israel juga tak menerima inisiatif perdamaian Saudi terkait pembentukan negara Palestina.
Bloomberg menulis, kelima pertemuan rahasia Israel dan Arab Saudi terjadi dalam jangka waktu 17 bulan dan digelar di India, Italia dan Republik Ceko.
Pada awal tahun ini di sela-sela Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, kepada CNN, PM Benyamin Netanyahu membuat pernyataan mengejutkan.
Arab Saudi dan Israel keduanya sama-sama menila bahwa kesepakatan nuklir tersebut
dapat meningkatkan peran Iran di Kawasan Timur Tengah dalam waktu yang
sangat cepat.
Sejauh ini belum diperoleh pernyataan resmi dari pemerintah Israel maupun Kerajaan Arab Saudi terkait masalah ini.
Namun, sejumlah media banyak menulis bahwa meski di atas kertas Arab Saudi dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik, tetapi para petinggi kedua negara kerap bertemu secara rahasia.
Dalam sebuah artikel yang dirilis bloomberg.com pada 4 Juni 2015, menyebut sejak awal 2014 para pejabat kedua negara setidaknya sudah lima kali menggelar pertemuan rahasia.
Salah satu alasan kedua musuh bebuyutan ini bisa bertemu karena keduanya memiliki musuh bersama yaitu Iran.
Meski demikian, di ranah diplomasi, Arab Saudi tetap tidak mengakui keberadaan Israel dan Israel juga tak menerima inisiatif perdamaian Saudi terkait pembentukan negara Palestina.
Bloomberg menulis, kelima pertemuan rahasia Israel dan Arab Saudi terjadi dalam jangka waktu 17 bulan dan digelar di India, Italia dan Republik Ceko.
Pada awal tahun ini di sela-sela Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, kepada CNN, PM Benyamin Netanyahu membuat pernyataan mengejutkan.
Netanyahu menerangkan bahwa Arab Saudi melihat Tel Aviv lebih sebagai
sekutu daripada musuh karena keduanya menghadapi dua ancaman yang sangat besar
yaitu Iran dan ISIS.
Arab Saudi dan Israel, keduanya sama-sama menentang kesepakatan nuklir yang
ditandatangani oleh Iran dengan negara-negara Barat, termasuk USA.