Setelah Menikah, Lebih Baik Tinggal Dirumah Sendiri Walaupun Kontrak, Ini Alasannya

Radarislam.com
~ Bagi pasangan suami istri yang baru menikah, biasanya akan dihadapkan
dengan suatu keadaan yaitu dimana mereka akan tinggal setelah
menikah.
Bagi pasangan yang mampu atau jauh-jauh hari sudah punya
persiapan tempat tingggalnya sendiri mungkin tidak akan ada masalah.
Tapi bagi mereka yang pas-pasan atau mungkin anak tunggal, anak bungsu
atau anak kesayangan yang dituntut harus tinggal bersama
orang tua hal ini akan lain ceritanya.
Keuntungan tinggal di rumah mertua memang tak perlu pusing memikirkan biaya kontrak rumah.
Dan lagi, jika sudah mempunyai anak dan sang istri tetap
bekerja, pasangan ini tak perlu khawatir tentang siapa yang menjaga
anaknya jika ditinggal bekerja.
Mencari pengasuh anak yang telaten dan
dapat dipercaya bukanlah perkara mudah
Namun tinggal di rumah mertua bisa membawa masalah sendiri bagi pasangan yang baru saja menikah. Masalah akan terasa lebih berat lagi jika pihak istri yang menumpang tinggal di rumah mertua.
Namun tinggal di rumah mertua bisa membawa masalah sendiri bagi pasangan yang baru saja menikah. Masalah akan terasa lebih berat lagi jika pihak istri yang menumpang tinggal di rumah mertua.
Dilain pihak tinggal ditempat sendiri
juga tidak gampang, terlebih jika kondisi ekonimi belum stabil. Semua
pilihan punya plus minusnya sendiri.
Alasan Tinggal dirumah sendiri lebih baik walaupun ngontrak
Tetapi kali ini kita akan bahas satu persatu dari berbagi pertimbangan kenapa tinggal dirumah sendiri walaupun masih kontrak itu lebih baik ketimbang menumpang di rumah mertua.
1. Penyesuain Diri
Pasangan yang baru menikah membutuhkan waktu untuk saling menyesuaikan diri, walaupun sebelumnya mereka telah pacaran.
Kehidupan pacaran tidak sama
dengan kehidupan pernikahan. Saat pacaran, umumnya hanya kebaikan dan
kelebihan yang terlihat.
Setelah menikah, barulah terlihat keburukan
atau kekurangan yang sebelumnya ditutup-tutupi. Proses penyesuaian ini
tak jarang menimbulkan pertengkaran-pertengkaran kecil.
Akan semakin
parah jika pihak mertua ikut campur dalam pertengkaran itu.
Beberapa mertua (kadangkala mertua perempuan) sering “mewaspadai” kehadiran menantu perempuan. Terlebih jika anaknya adalah anak tunggal atau anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga.
Ada perasaan bahwa menantu
perempuan merebut si anak laki-laki.
Menantu perempuan sendiri sering
merasa canggung tinggal di rumah mertua. Ada perasaan tak nyaman dan
selalu dinilai oleh ibu mertua.
2. Pola Asuh Anak Pertama
Jika
tinggal menumpang di rumah mertua ini berlanjut hingga kelahiran anak
pertama, umumnya masalah yang timbul adalah soal perbedaan pola asuh.
Tinggal dirumah/ ngontrak sendiri, kita bebas melakukan apa saja. Ibarat kata mau jungkir balik bersama pasangan, ungkang-ungkang kaki setiap hari, teriak-teriak atau beras habis dan tak punya uang tiada yang tahu.
Tinggal jauh dan jarang bertemu dengan orangtua memang tidak mudah. Tapi keadaan ini membuat momen pertemuan saat berkumpul dengan orang tua menjadi lebih berharga.
Setiap pasangan pasti ingin menjadikan rumahnya sebagai surga. Hal ini akan terwujud jika kita selalu menanamkan dan mengenalkan nilai-nilai agama dalam berumahtangga.
Ibu mertua sering menganggap menantu perempuannya tak berpengalaman
dalam mengasuh anak. Perbedaan pola asuh pada anak dikhawatirkan akan
berdampak buruk pada perkembangan sang anak.
3. Lebih Mandiri
Tinggal dirumah/ ngontrak sendiri, kita bebas melakukan apa saja. Ibarat kata mau jungkir balik bersama pasangan, ungkang-ungkang kaki setiap hari, teriak-teriak atau beras habis dan tak punya uang tiada yang tahu.
Kita
sendiri yang menanggung resikonya. Biarkan orangtua hanya mendengar
cerita bahagia anaknya, meskipun sebenarnya kita selalu jatuh bangun
membangun pondasi ekonomi keluarga.
Ini tidak berlaku jika kita tinggal bersama orangtua. Kita harus benar-benar menjaga perilaku. Mau sedikit bersantai-santai dengan pasangan pun kadang rikuh, apalagi jika terlihat sedang menganggur karena sedang tak ada kerjaan.
Ini tidak berlaku jika kita tinggal bersama orangtua. Kita harus benar-benar menjaga perilaku. Mau sedikit bersantai-santai dengan pasangan pun kadang rikuh, apalagi jika terlihat sedang menganggur karena sedang tak ada kerjaan.
Keadaan ini kadang
membuat pasangan muda menjadi terlalu mengandalkan orangtua. Jika
kebetulan orangtua mampu, kebutuhan yang seharusnya diusahakan sendiri
malah dipenuhi oleh orang tua. Apa-apa minta orangtua.
Padahal
kemadirian dalam keluarga itu sangat penting untuk menopang kebutuhan
serta menjaga keutuhan dan harmonisnya masa depan rumah tangga.
Akan tetapi, kemandirian pasangan suami-istri muda ini akan lebih mudah diperoleh jika sejak awal memutuskan untuk tak menumpang tinggal di rumah mertua atau orang tua.
Akan tetapi, kemandirian pasangan suami-istri muda ini akan lebih mudah diperoleh jika sejak awal memutuskan untuk tak menumpang tinggal di rumah mertua atau orang tua.
4. Kemesraan dengan Orangtua
Tinggal jauh dan jarang bertemu dengan orangtua memang tidak mudah. Tapi keadaan ini membuat momen pertemuan saat berkumpul dengan orang tua menjadi lebih berharga.
Lebih-lebih jika pasangan sudah dikarunia buah
hati. Berkunjung ke orang tua akan menjadi kebahagiaan sendiri.
Betapa
indahnya saat sang cucu berlari-lari kecil ingin memeluk kakek dan
neneknya sambil membawakan oleh-oleh karena jarang bertemu.
5. Rumahku adalah surgaku
Setiap pasangan pasti ingin menjadikan rumahnya sebagai surga. Hal ini akan terwujud jika kita selalu menanamkan dan mengenalkan nilai-nilai agama dalam berumahtangga.
Membiasakan sholat berjamaah, berdoa sebelum makan,
saling mendoakan dan belajar agama bersama-sama akan membuat kehidupan
rumah tangga menjadi lebih berkah.
Baca Juga:
Dan seluruh aktivitas orang yang bertakwa akan bernilai ibadah dan berpahala. Maka, dampak dari ketakwaan pun akan memancar dalam kehidupan keluarga.
- Subhanallah, Beginilah Bentuk dan Proses Pembersihan Rambut Rasulullah SAW
- Hoax Dr. Zakir Naik soal Penulisan Insya Allah atau In Shaa Allah, Ini Yang Benar
Dan seluruh aktivitas orang yang bertakwa akan bernilai ibadah dan berpahala. Maka, dampak dari ketakwaan pun akan memancar dalam kehidupan keluarga.
Pancaran sinar
keimanan ayah, ibu dan anak-anaknya memantul di seluruh lorong-lorong
rumah sehingga terciptalah ketenangan dan ketenteraman jiwa, kenyamanan,
keakraban, kedamaian dan keharmonisan hubungan antar anggota
keluarga.(*)