Unggah Foto Orang Sakit di Media Sosial, Begini Ternyata Hukumnya - RadarIslam.com

Unggah Foto Orang Sakit di Media Sosial, Begini Ternyata Hukumnya

Hukum unggah foto orang sakit di media sosial, Radarislam.com ~ Sungguh tak diragukan lagi, Islam sangat menyarankan para muslim untuk berempati kepada sesama. Baik menjenguk orang sakit, musibah, maupun kematian.

Anjuran ini tersebar dalam banyak bacaan hadits. Orang yang dijenguk juga bisa siapa aja, mulai dari keluarga, orang sebelah, ulama, bahkan kepada orang yang membenci kita.


Penjenguk orang yang tertimpa bencana mempunyai pahala besar karena dia bukan semata - mata pemirsa. Terdapat aspek solidaritas dalam kegiatan tersebut. Kehadiran orang yang menjenguk diperlukan karena orang sakit membutuhkan ketenangan jiwa, motivasi, antusias, dan doa.

Posisi para penjenguk lebih berfaedah lagi apabila terdapat uluran tangan dalam wujud lain, serupa pengeluaran penyembuhan ataupun sejenisnya. Kemudian, apakah tingkah sebagian penjenguk yang mengambil gambar orang sakit dan juga memublikasikannya ke media sosial serupa jamak dicoba baru-baru ini penuhi etika tersebut?

Foto-foto yang diumbar lazimnya melukiskan keadaan penderita yang sedang tergolek lemah di atas ranjang, kadang tak berpakaian, dan juga lengkap dengan cairan infus juga tancapan selang di rongga hidung dan juga mulut. Seberapa penting mengunggah foto dengan kondisi demikian?

Islam sangat menghormati pribadi seorang terutama memuliakan manusia dan juga menjamin terlindunginya hak yang menyangkut kehormatan pribadinya. Tercantum bila pribadi tersebut menyangkut dosa personal ataupun aib yang lain.

Suatu hadits menegaskan:
Barangsiapa menutup (aib/cacat) seseorang muslim hingga allah hendak menutup aibnya di dunia dan juga akhirat.” (HR Muslim)

Orang-orang yang sakit dapat jadi sangat tidak menginginkan gambar tentang kondisi pribadinya yang ringkih, nelangsa, dan juga tidak berdaya, tersebar leluasa di media sosial semacam facebook, twitter, whatsapp, instagram, bbm, ataupun yang lain.

Walau, dia ketahui ungkapan simpati dan juga doa tentu hendak membludak dan bukan langsung kepada pribadinya yang lagi sakit melainkan kepada akun sang penyebar gambar.

Tubuh menjadi penggalan penggambaran kehormatan seorang. Jika dalam keadaan wajar tiap hari aja seorang berupaya berpenampilan bagus di hadapan teman, bagaimana bisa jadi dalam suasana “buruk” serupa itu rela ditonton banyak orang?

Para penjenguk barangkali bermaksud baik dengan mempublikasikan photo orang sakit. Bukan pamer kesalehan sosial, tetapi lagi menggalang solidaritas dan juga doa dari lebih banyak teman .

Araupun bisa jadi sebatas mengantarkan data ke warga kalau sang A tengah sakit. tetapi, apakah penyebaran foto-foto itu telah mendapatkan izin dari yang bersangkutan?

Apakah tak ada trik yang lebih santun untuk menggalang simpati tidak hanya dengan mengumbar foto penderitaan dan juga ketidak berdayaan yang sakit?

Di sinilah perlunya dipahami kalau prinsip menjenguk orang sakit merupakan meringankan beban penderitaannya.

Sebab mengunggah foto orang sakit di jagat maya menyangkut pula ranah publik, konten yang ditampilkannya juga seyogianya tidak melanggar kepantasan di mata publik. Garis etis ini tidak hanya berlaku buat photo pengidap sakit, tetapi pula gambar jenazah, korban musibah, ataupun sejenisnya.

Wallâhu a‘lam. [Radarislam/ Tp]

Share This !

Related Posts :