Kisah Jenazah Nenek Hindun Dilarang Dishalatkan di Mushola Karena Dukung Ahok Semasa Hidupnya
Radarislam.com ~ Mendapatkan perawatan yang layak sesuai syariat memang harus dilakukan terhadap jenazah muslim dan muslimah. Namun sepertinya tidak bagi jasad Hindun binti Raisman yang meninggal dunia di usia 78 tahun Selasa (7/3/2017)
Nenek yang tinggal di Jalan Karet Karya 2, RT 009 RW 02, Karet Setiabudi, Jakarta Selatan, ini tak bisa dishalatkan di mushalla sekitar tempat tinggalnya. Padahal jarak antara rumah dan mushalla hanya berjarak beberapa meter saja.
Yang mengejutkan, alasan jenazah Hindun tak bisa dishalatkan di mushola tersebut lantaran semasa hidup ia memilih pasangan Ahok- Djarot pada pemungutan suara Pilkada DKI Jakarta 15 Februari lalu.
"Ibu saya kan sakit ya. Dia memang terbuka waktu mencoblos nomor 2 kemarin," kata anak almarhumah Hindung, Neneng seperti dikutip Radarislam.com dari laman Tabloidbintang.com.
Diceritakannya, jenazah ibunya tidak boleh dishalatkan di mushalla setelah berbicara dengan salah satu pemuka agama setempat.
"Saya ngomong sama ustadz di sini, minta untuk dishalatin di musholla karena dekat dari rumah. Pak ustadz-nya ngomong gini. 'Enggak usah mending di rumah aja percuma enggak ada orang'. Kata dia gitu," paparnya.
Neneng kemudian mendapat pengaduan dari keponakannya bahwa ibunya tak bisa dishalatkan di mushola tersebut karena mendukung Ahok.
"Dia ngadu ke saya. Mereka habis ngomongin Ahok itu. Ibu saya kan jelas-jelas nyoblos itu nomor 2. Nah di sini anti itu (Ahok)," ujarnya
Neneng mengatakan hampir semua warga sekitar mengetahui bahwa Hindun memilih Ahok-Djarot.
Nenek yang tinggal di Jalan Karet Karya 2, RT 009 RW 02, Karet Setiabudi, Jakarta Selatan, ini tak bisa dishalatkan di mushalla sekitar tempat tinggalnya. Padahal jarak antara rumah dan mushalla hanya berjarak beberapa meter saja.
Yang mengejutkan, alasan jenazah Hindun tak bisa dishalatkan di mushola tersebut lantaran semasa hidup ia memilih pasangan Ahok- Djarot pada pemungutan suara Pilkada DKI Jakarta 15 Februari lalu.
"Ibu saya kan sakit ya. Dia memang terbuka waktu mencoblos nomor 2 kemarin," kata anak almarhumah Hindung, Neneng seperti dikutip Radarislam.com dari laman Tabloidbintang.com.
Diceritakannya, jenazah ibunya tidak boleh dishalatkan di mushalla setelah berbicara dengan salah satu pemuka agama setempat.
"Saya ngomong sama ustadz di sini, minta untuk dishalatin di musholla karena dekat dari rumah. Pak ustadz-nya ngomong gini. 'Enggak usah mending di rumah aja percuma enggak ada orang'. Kata dia gitu," paparnya.
Neneng kemudian mendapat pengaduan dari keponakannya bahwa ibunya tak bisa dishalatkan di mushola tersebut karena mendukung Ahok.
"Dia ngadu ke saya. Mereka habis ngomongin Ahok itu. Ibu saya kan jelas-jelas nyoblos itu nomor 2. Nah di sini anti itu (Ahok)," ujarnya
Neneng mengatakan hampir semua warga sekitar mengetahui bahwa Hindun memilih Ahok-Djarot.
"Surat suaranya enggak ditutupin, harusnya itu kan rahasia, ya. Ditanya mau coblos siapa, ibu saya bilang milih Ahok. Sementara di sini banyak nomor 1, dan sekarang pindah ke nomor 3," katanya.
Berhubung warga sekitar menolak jenazah Hindun untuk dishalatkan di mushalla, akhirnya Ustadz Ahmad Syafi'ie, pemuka agama setempat punya inisiatif untuk menshalatkan almarhumah di rumah. Tetangga pun tak banyak yang ikut melaksanakan shalat jenazah. Alasannya lagi-lagi karena almarhumah memilih Ahok.
"Akhirnya anak cucunya aja yang shalatin," sambungnya
Neneng mengaku ia dan keluarga merasa kecewa karena jenazah ibunya diperlakukan tidak adil hanya karena alasan tersebut.
"Merasa sakit hati ya, masalah gini kok dihubungin sama yang itu (pilkada). Karena kejadian ini aja (pilkada). Dulu-dulunya enggak kayak gini. Bapak saya pun dulu dishalatkan di mushalla kok," tuturnya.
Sementara itu, pernyataan berbeda disampaikan Ustadz Ahmad Syafi'ie. Dia mengatakan bahwa jenazah Hindun tidak dishalatkan di mushalla karena situasinya sedang hujan deras saat itu.
"Posisi hujan gede, bukan apa-apa," ujarnya.
Ketua RT 009 RW 02, Karet Setiabudi, Jakarta Selatan, Abdul Rahman pun membantah warga tak mau menyalatkan jenazah Hindu di mushola hanya perkara Pilkada Jakarta. Dia membenarkan hujan deras menjadi alasan mengapa jenazah Hindun tidak dishalatkan di mushalla.
"Bukan karena itu (mendukung Ahok). Memang lagi hujan pada saat itu. Kasihan jenazahnya kalau kehujanan. Apalagi buru-buru mau dimakamkan," terangnya.
Ketua RT membantah keras telah menalantarkan jenazah Hindun hanya karena mencoblos Ahok.
Baca Juga:
"Jangankan sama-sama orang Islam, non muslim pun kita urusi," tandasnya. [Radarislam/ Tb]
Berhubung warga sekitar menolak jenazah Hindun untuk dishalatkan di mushalla, akhirnya Ustadz Ahmad Syafi'ie, pemuka agama setempat punya inisiatif untuk menshalatkan almarhumah di rumah. Tetangga pun tak banyak yang ikut melaksanakan shalat jenazah. Alasannya lagi-lagi karena almarhumah memilih Ahok.
"Akhirnya anak cucunya aja yang shalatin," sambungnya
Neneng mengaku ia dan keluarga merasa kecewa karena jenazah ibunya diperlakukan tidak adil hanya karena alasan tersebut.
"Merasa sakit hati ya, masalah gini kok dihubungin sama yang itu (pilkada). Karena kejadian ini aja (pilkada). Dulu-dulunya enggak kayak gini. Bapak saya pun dulu dishalatkan di mushalla kok," tuturnya.
Sementara itu, pernyataan berbeda disampaikan Ustadz Ahmad Syafi'ie. Dia mengatakan bahwa jenazah Hindun tidak dishalatkan di mushalla karena situasinya sedang hujan deras saat itu.
"Posisi hujan gede, bukan apa-apa," ujarnya.
Ketua RT 009 RW 02, Karet Setiabudi, Jakarta Selatan, Abdul Rahman pun membantah warga tak mau menyalatkan jenazah Hindu di mushola hanya perkara Pilkada Jakarta. Dia membenarkan hujan deras menjadi alasan mengapa jenazah Hindun tidak dishalatkan di mushalla.
"Bukan karena itu (mendukung Ahok). Memang lagi hujan pada saat itu. Kasihan jenazahnya kalau kehujanan. Apalagi buru-buru mau dimakamkan," terangnya.
Ketua RT membantah keras telah menalantarkan jenazah Hindun hanya karena mencoblos Ahok.
Baca Juga:
- Ahok dan Kuasa Hukumnya Harus Minta Maaf Kepada KH Ma'ruf Amin
- Tukang Bakso di Tasikmalaya Pakai Sampul Al-Qur’an Untuk Spakbor Motor
- Wanita Asal Sumut Nekat Temui Raja Salman di Hotel St Regis Bali, Ia Membawa Tas Yang Isinya...
"Jangankan sama-sama orang Islam, non muslim pun kita urusi," tandasnya. [Radarislam/ Tb]