Ingat Aktor Laga Ken Ken Pemeran Wiro Sableng? Begini Kondisinya Sekarang - RadarIslam.com

Ingat Aktor Laga Ken Ken Pemeran Wiro Sableng? Begini Kondisinya Sekarang

Radarislam.com ~ Bastian Tito memang sudah wafat namun pemeran Wiro Sableng yaitu Ken Ken masih ada sampai sekarang. Namun Ken Ken sudah tidak lagi menjadi aktor laga. Dia kini tinggal di kaki Gunung Gede, Desa Cikanyere, Kecamatan Sukaresmi, Cianjur.

Sejenak mengingat masa lalunya, saat itu Ken Ken masih menjadi artis sudah memiliki uang banyak, rumah mewah dan empat mobil mahal di antaranya mobil merek Toyota jenis Hartop. Namun, tersandungnya Wiro Sableng ke dunia narkoba membuat seluruh hartanya habis untuk narkoba.
Semakin kecanduan obat-obatan terlarang, kehidupan ekonomi Ken ken memprihatinkan dan kariernya keartisanya terhenti.
Suatu ketika Dia tertangkap oleh polisi lantaran menggunakan narkoba, di dalam sel polisi tersebut menasihatinya agar segera insaf. Di situ awal mula Wiro Sableng menyadari bahwa langkah jalan hidupnya sudah jauh dari jalan yang benar.

Kini kehidupannya sudah jauh dari kemewahan. Untuk mencapai rumahnya, haruslah melewati jalanan yang becek dan licin. 100 meter lebih, nampak rumah panggung yang kini dihuninya. Teras depannya tampak keropos. Ken Ken menetap di Gunung Gede sebagai petani yang bercocok tanam segala jenis sayuran.

Berikut petikan wawancara dengan Ken Ken alias Herning Sukendro yang dikutip Radarislam.com dari Laman Tirto.id.

Kenapa tertarik dengan dunia pertanian?
Sebenarnya dulu pingin tinggal di tepi laut dan terjun di dunia perikanna. Namun aku pikir dari dulu sudah biasa tinggal di gunung dan dekat dengan alam. Waktu syuting Wiro Sableng dilakukan di hutan juga. Aku gak terlalu tertarik dengan aktivitas-aktivitas yang ada di kota. Aku lebih nyaman di desa dan bertani.


Apa perbedaan antara Wiro Sableng dengan orang gila beneran?
Beda tipis sih. Si Wiro banyak melakukan hal-hal gila seperti kentut, merayap dan nggak jelas. Peran ini sangat luar biasa bagi saya. Saya orangnya nggak neko-neko waktu waktu meranin wiro. Kalau akting, saya ambil alih imajinasi.

Apakah mungkin orang sableng beneran jadi pahlawan dalam dunia nyata?
Mungkin saja karena Wiro Sableng memilki sifat jujur. Apa yang dirasakan itulah yang dia ucapkan. Dia tidak pernah berbohong. Selemah apapun seseorang, sejauh dia jujur, dia akan membawa manfaat bagi orang lain. Sekarang pun, aku yakin meskipun banyak yang gendeng dan urakan kalau jujur ya bisa bermanfaat bagi orang lain.

Wiro Sableng kan punya banyak jurus. Hapal nggak sama gerakan-gerakannya?
Tidak. Setiap jurus memang berbeda. Saya mengaku tidak mudah untuk hafal semuanya. Jurus-jurusnya dibuat sama Edi Sodikin. Menurut saya, dia ahli.

Mengapa gerakannya cenderung lamban?
Zaman itu memang disengaja untuk gerakan lambat. Model fighting era 90 an kan memang gitu. Soal speed sebenatnya bisa ditambah. Saya perlambat supaya anak-anak mudah menirukan gerakannya. Penontonnya kebanyakan anak kecil. Adegan kelahi Wiro Sableng masih bisa ditoleransi karena tidak ada unsur kekerasan. Adegan cinta pun juga demikian.

Kenapa Wiro Sableng kelihatan jomblo? Padahal kan banyak yang suka seperti Puti Angsa Putih, Luhjelita, Puti Andini, Nyi Roro Manggung, Ning Intan, Punrnama, dll?
Skripnya memang dibuat begitu. Wiro dikelilingi oleh banyak wanita cantik. Sayang, dia terlalu cuek. Gak aneh sebenarnya karena Wiro ini kan muridnya Sinto Gendeng. Dia juga sableng. Dia turun gunung ketika ada masalah. Bukan untuk mencari jodoh.
Lebih pilih mana Bidadari Angin Timur atau Dewi Bunga Mayat?
Saya bingung menjawabnya. Bidadari Angin Timur konfilk cintanya sangat luar biasa tapi lebih dominan. Kalau Dewi Bunga Mayat konflik romantisnya juga cukup edan. Itu sengaja dibuat oleh Bastian Tito. Luar biasa memang. Saya salut ke beliau.

Banyak nggak yang percaya kalau Anda tuh bisa jalan di air atau bisa terbang gitu?
Kalau menguasai ilmu kanuragan, mereka sih percaya. Banyak yang melihatnya ketika saya memperagakan adegan silat di TV. Saya memang mendalami ilmu tersebut. Tapi soal terbang atau berjalan di air, itu sangat tidak mungkin. Namanya juga film.

Kenapa Wiro Sableng cenderung bertahan bukan menyerang? Apa tipikal jagoan seperti itu memang?
Betul. Dia bukan penyerang. Dia menunggu dan melihat serangan dari lawan. Dia menilai ini cukup serius atau  tidak. Ini yang menjadi ciri khas Wiro Sableng. Kalau ilmunya di bawah dia, dia akan meledek. Begitulah.


Kenapa Wiro Sableng harus pakai kapak?
Permainan kapak cukup merepotkan karena tidak bisa berkembang. Kalau pedang, patmayono kan gampang berkembang. Kalau kapak ya gitu-gitu saja. Menurut saya Bastian Tito sudah memilih senjata yang tepat untuk Wiro. Kalau dia dikasih pedang kan semuanya bisa hancur karena dia sableng. Wiro juga gak terlalu bisa memainkan pedang. Apa pernah lihat dia menggunakan pedang setelah dia merebut pedangnya lawan? Dia sangat percaya diri sehingga cukup menggunakan tangan kosong.

Merasa ganteng ketika memerankan Wiro Sableng?
Biasa saja.

Sering pakai bedak ya? Tebal banget.
Benar. Wajarlah kulit saya nggak terlalu bagus juga. Kalau di luar syuting kan orang-orang bakalan liat aku terus bilang “kok begini ya.” Tapi kadang ada juga yang bilang aku manis. Itu dulu sih bukan sekarang.

Di akhir tayangan TV Wiro Sableng itu kan selalu menampilkan adegan-adegan yang yang gagal. Di situ ada adegan dokar nyungsep, tapi Anda masih bisa lompat. Masih ingat dengan kejadian itu?
Beneran dokar itu nyungsep. Itu yang membuat saya kecewa main di serial Wiro Sableng. Saya gak sempat menyelamatkan Putri Laramurni yang diperankan Yanti. Gara-gara dokar nyungsep, dia mengalami gegar otak. Lumayan parah juga. Saya tidak sempat menarik dia karena waktu juga sudah mepet dan posisi dokar sudah sangat miring. Saya keburu loncat. Lumayan juga tingginya 2 meter dan dokar itu jatuh ke jurang 2 meter itu. Bawahnya batu-batuan. Itu kejadiannya di Wonogiri.

Suka berantem waktu masih STM?
Nggak suka. Aku hobi melakukan kesibukan di luar saja seperti memancing, berenang dan jalan-jalan. Gak terlalu suka nongkrong apalagi berantem.

Masih suka menggunakan kemeja panjang?
Sewaktu masih jadi artis sih iya. Sekarang jadi petani biasa saja. Saya dulu suka pakai kemeja panjang ya karena suka kelihatan rapi. Kemeja panjang juga bisa menutupi tangan saya yang tidak berurat. Kadang saya nggak pede. Meskipun olahraga dengan keras, tetap saja tidak ada urat dan ototnya.

Nggak takut beneran sableng kayak Toni Hidayat?
Enggak. Aku sih normal. Gak terlalu menghayati juga. Selesai syuting ya sudah.

Baca Juga: 
Iya. Hanya menggunakan spidol. Tapi nggak ada tanda 212 pun aku masih bisa jadi pendekar. Sekarang usia sudah 48 saja. Saya ini barat naik gunung, juga kepingin turung gunung dan membuat tutorial jurus-jurus yang ada di YouTube. Nanti sajalah. [Radar Islaam/ Tirto.id]

Share This !

Related Posts :