Awalnya Damai, Kerusuhan Demo 4 November Jadi Sorotan Dunia
Radarislam.com ~ Aksi damai yang sedianya dilakukan pada tanggal 4
November 2016 berakhir dengan kericuhan.
Massa yang menggunakan pakaian warna putih menuntut agar Ahok yang diduga
melakukan penistaan terhadap agama segera dihukum.
Wapres Jusuf Kalla dan Menkopolhukam Wiranto menemui para
pendemo dengan harapan supaya mereka bubar. Tetapi yang terjadi malah ricuh. Banyak
massa yang bentrok dengan para aparat. Mereka melakukan penyerangan terhadap
polisi, melakukan bakar ban sehingga kota Jakarta berada dalam keadaan yang
mencekam.
Apa yang terjadi pada ibukota Indonesia ini ternyata
mendapatkan perhatian dari dunia internasional. Tidak sedikit media asing yang
menyebarkan berita kerusuhan pada aksi 4 November 2016.
Dikutip Radarislam.com dari laman liputan6, salah satu media yang meliput adalah Daily Mail. Situs tersebut
menanyangkan artikel yang isinya penggunaan merian air oleh polisi untuk
mengusir para demonstran.
“Polisi semula menembakkan gas air mata pada demonstran
di dekat Istana Presiden. Sedangkan api menyala-nyala dekat monas,” begitu
tulis Daily Mail.
Sedangkan situs beritas asal Turki, Anadolu Agency,
menuliskan bahwa para aparat menembakkan gas air mata setelah para oknum yang
berunjuk rasa berteriak ‘perang’.
Dua media lain seperti CTV News Kanada dan Situs Inggris
BBC juga menyoroti aksi 4 November 2016 tersebut.
Sementara itu, media Malaysia bernama New Straits Times. Mereka menjelaskan bahwa polisi siap mengatasi ketegangan
ras dan agama yang dimunculkan oleh pihak-pihak tertentu. Mereka menyebutkan
situasinya mirip dengan tahun 1998.
Sementara itu, media Malaysia bernama New Straits Times.
Para petinggi sebelumnya telah memperingatkan potensi
akan terjadinya demo yang disusupi oleh kelompok ISIS yang radikal.
Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, sudah mengatakan
hal ini bahwa ISIS bisa saja menyusup pada demo.
“Mereka mungkin tak akan meledakkan bom namun hanya
menghasut. Yang jelas bisa menyusup dan acak-acak. Nanti FPI yang akan
disalahkan. Kita tak mau itu terjadi,” jelas Menhan. [Radar Islam/ Liputan6]