Kisah Nyata Surat Al-Fatihah yang Dahsyat, Dari Rumah Kontrakan ke Viilla Mewah
Kisah nyata Surat Al-Fatihah, rumah kontrakan ke villa mewah, Radarislam.com ~ Surat Al-Fatihah merupakan surat pembuka dari 114 surat yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Surat ini termasuk surat Makkiyah sebab diturunkan di Makkah, saat Nabi Muhammad SAW belum hijrah ke Madinah.
Surat Al-Fatihah ternyata memiliki banyak nama lain, seperti Ummul Qur’an, Suratus Syifa’, Suratus Syafiyah, Suratud Du’a, Suratut Thalab, Suratus Su’al, Suratut Ta’limil Ma’salah, Suratul Mujziyah, dan lain sebagainya.
Surat ini juga menjadi penentu sah atau tidaknya salat seseorang, baik dalam kapasitasnya sebagai imam, mamkmum, atau pun salat sendiri (munfarid). Jika tidak membaca surat al-Fatihah, maka shalatnya tidak sah. Di situlah letak keunikan surat al-Fatihah. Dalam koneks ini, Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa melakukan salat, sedang ia tidak membaca Ummul Qur’an (al-Fatihah) di dalamnya, maka salatnya kurang (3x), tidak sempurna.”
Abu Hurairah ditanya, “Bagaimana kalau kami di belakang imam ?” Ia berkata, “Bacalah (secara sirry/pelan), karena sungguh aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Allah Swt. berfirman,’Aku telah membagi salat (yakni al-Fatihah) antara Aku dengan hamba-Ku setengah, dan hamba-Ku akan mendapatkan sesuatu yang ia minta.” (HR. Muslim).
Surat Al-Fatihah begitu populer di kalangan umat Islam. Seluruh umat Islam hafal surat ini di luar kepala, karena sebagai surat pembuka dan hanya terdiri dari tujuh ayat. Walau pun begitu, surat ini mencakup instisari ajaran-ajaran al-Qur’an. Abu Said Rafi Ibnul Mualla Ra. pernah bercerita,
“Abu Said Al Khudri berkata, ‘Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam berkata kepadaku, ‘Maukah kamu aku ajari sebuah surat paling agung dalam al-Quran sebelum kamu keluar dari masjid nanti? ‘Beliau pun berjalan sembari menggandeng tanganku. Tatkala kami sudah hampir keluar, aku pun berkata, “Wahai Rasulullah, engkau tadi telah berkata,’Aku akan mengajarimu sebuah surat yang paling agung dalam al-Qur’an. ‘Maka beliau bersabda, ‘(Surat itu adalah) Alhamdulillaahi rabbil ‘alamiin (surat al-Fatihah), itulah Sab’ul Matsaani (Tujuh ayat yang sering diulang-ulang dalam salat) serta al-Qur’an al-Azhim yang dikaruniakan kepadaku.” (HR. Bukhari).
Para ulama berpendapat bahwa keagungan surat Al-Fatihah terletak pada ajaran-ajaran pokok, seperti tauhid, keimanan, janji, dan kabar gembira bagi orang-orang beriman kepada Allah, ancaman dan peringatan bagi orang-orang kafir, tentang ibadah, dan juga kisah orang-orang yang beruntung sebab taat kepada-Nya dan sengsara karena mengingkari-Nya.
Semua itu tercermin dalam surat al-Fatihah yang jika dikaji secara mendalam lewat tafsir-tafsir yang sudah ditulis oleh para ulama, makaakan butuh waktu lama untuk dijabarkan dan dijelaskan. Tentu saja kita tidak bisa memungkiri keluasan tema yang dikandung serta keistimewaan di balik ayat-ayat yang terangkum di dalam surat al-Fatihah.
Dalam kitab Thibbun Nabawi (pengobatan ala Nabi), disebutkan bahwa diantara keutamaan-keutamaan surat al-Fatihah, adalah sebagai berikut:
1. Jika kita punya hajat tertentu, maka al-Fatihah bisa dijadikan sebagai wasilah atau perantara.
2. Memperoleh Ampunan dari Allah.
3. Jika al-Fatihah dibaca 14 kali sebelum tidur, maka suami, isrtri, dan anak-anak akan selalu mengingat kita.
4. Bayi yang sering menangis juga bisa diterapi dengan al-Fatihah. Caranya, bacakan al-Fatihah sebanyak 7 kali dan usapakan ke atas kepala bayi itu pada malam hari atau pada setiap saat. Insha Allah akan sembuh.
5. Jika al-Fatihah dibaca 41 kali, kemudian ditiupkan ke dalam air dan diminum serta dibuat mandi, maka hal itu bisa melepaskan rasa sakit dalam diri kita. Artinya, al-Fatihah bisa mengobati penyakit dalam.
6. Apabila al-Fatihah dibaca sebanyak 3 kali, kemudian kita meniupkannya ke dalam segelas air minum dan baca sambil mengusap ke anggota tubuh yang terasa sakit, insha Allah akan mengurangi, bahkan bisa menyembuhkan rasa sakit itu.
7. Jika ada orang yang mengidap penyakit keterbelakangan mental, lalu dibacakan al-Fatihah sebanyak 7 kali dan diusapkan di kepalanya setiap pagi dan sekali sebelum tidur, maka penyakit itu bisa sembuh dengan seizin Allah.
Surat Al-Fatihah ternyata memiliki banyak nama lain, seperti Ummul Qur’an, Suratus Syifa’, Suratus Syafiyah, Suratud Du’a, Suratut Thalab, Suratus Su’al, Suratut Ta’limil Ma’salah, Suratul Mujziyah, dan lain sebagainya.
Surat ini juga menjadi penentu sah atau tidaknya salat seseorang, baik dalam kapasitasnya sebagai imam, mamkmum, atau pun salat sendiri (munfarid). Jika tidak membaca surat al-Fatihah, maka shalatnya tidak sah. Di situlah letak keunikan surat al-Fatihah. Dalam koneks ini, Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa melakukan salat, sedang ia tidak membaca Ummul Qur’an (al-Fatihah) di dalamnya, maka salatnya kurang (3x), tidak sempurna.”
Abu Hurairah ditanya, “Bagaimana kalau kami di belakang imam ?” Ia berkata, “Bacalah (secara sirry/pelan), karena sungguh aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Allah Swt. berfirman,’Aku telah membagi salat (yakni al-Fatihah) antara Aku dengan hamba-Ku setengah, dan hamba-Ku akan mendapatkan sesuatu yang ia minta.” (HR. Muslim).
“Abu Said Al Khudri berkata, ‘Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam berkata kepadaku, ‘Maukah kamu aku ajari sebuah surat paling agung dalam al-Quran sebelum kamu keluar dari masjid nanti? ‘Beliau pun berjalan sembari menggandeng tanganku. Tatkala kami sudah hampir keluar, aku pun berkata, “Wahai Rasulullah, engkau tadi telah berkata,’Aku akan mengajarimu sebuah surat yang paling agung dalam al-Qur’an. ‘Maka beliau bersabda, ‘(Surat itu adalah) Alhamdulillaahi rabbil ‘alamiin (surat al-Fatihah), itulah Sab’ul Matsaani (Tujuh ayat yang sering diulang-ulang dalam salat) serta al-Qur’an al-Azhim yang dikaruniakan kepadaku.” (HR. Bukhari).
Para ulama berpendapat bahwa keagungan surat Al-Fatihah terletak pada ajaran-ajaran pokok, seperti tauhid, keimanan, janji, dan kabar gembira bagi orang-orang beriman kepada Allah, ancaman dan peringatan bagi orang-orang kafir, tentang ibadah, dan juga kisah orang-orang yang beruntung sebab taat kepada-Nya dan sengsara karena mengingkari-Nya.
Semua itu tercermin dalam surat al-Fatihah yang jika dikaji secara mendalam lewat tafsir-tafsir yang sudah ditulis oleh para ulama, makaakan butuh waktu lama untuk dijabarkan dan dijelaskan. Tentu saja kita tidak bisa memungkiri keluasan tema yang dikandung serta keistimewaan di balik ayat-ayat yang terangkum di dalam surat al-Fatihah.
Dalam kitab Thibbun Nabawi (pengobatan ala Nabi), disebutkan bahwa diantara keutamaan-keutamaan surat al-Fatihah, adalah sebagai berikut:
1. Jika kita punya hajat tertentu, maka al-Fatihah bisa dijadikan sebagai wasilah atau perantara.
2. Memperoleh Ampunan dari Allah.
3. Jika al-Fatihah dibaca 14 kali sebelum tidur, maka suami, isrtri, dan anak-anak akan selalu mengingat kita.
4. Bayi yang sering menangis juga bisa diterapi dengan al-Fatihah. Caranya, bacakan al-Fatihah sebanyak 7 kali dan usapakan ke atas kepala bayi itu pada malam hari atau pada setiap saat. Insha Allah akan sembuh.
5. Jika al-Fatihah dibaca 41 kali, kemudian ditiupkan ke dalam air dan diminum serta dibuat mandi, maka hal itu bisa melepaskan rasa sakit dalam diri kita. Artinya, al-Fatihah bisa mengobati penyakit dalam.
6. Apabila al-Fatihah dibaca sebanyak 3 kali, kemudian kita meniupkannya ke dalam segelas air minum dan baca sambil mengusap ke anggota tubuh yang terasa sakit, insha Allah akan mengurangi, bahkan bisa menyembuhkan rasa sakit itu.
7. Jika ada orang yang mengidap penyakit keterbelakangan mental, lalu dibacakan al-Fatihah sebanyak 7 kali dan diusapkan di kepalanya setiap pagi dan sekali sebelum tidur, maka penyakit itu bisa sembuh dengan seizin Allah.
Sebagai hamba Allah yang beriman kepada-Nya, tentu kita mengharapkan kasih sayang-Nya, belaian Rahman dan Rahim-Nya, sehingga dosa-dosa yang pernah kita lakukan diampuni atau dimaafkan. Oleh karena itu, salah satu media yang bisa dijadikan pintu mengetuk Rahman dan Rahim-Nya ialah al-Fatihah.
Kisah Nyata: dahsyatnya surat Al Fatihah, dari rumah kontrakan menuju Villa mewah dialami oleh Ghonim yang di-PHK dari pekerjannya. Ghonim bersama keluarganya disuruh segara angkat kaki dari rumah kontrakan.
Tentu saja ini merupakan kenyataan yang sangat pahit yang pernah ia alami. Tak ada lagi proses diplomasi, negoisasi, atau musyawarah. Semua buntu. Jalan satu-satunya adalah segera berbenah dan mengosongkan rumah kontrakan. Sebab, Pak Siregar (pemilik kontrakan) harus segera menyerahkan rumah yang ditempati Ghonim itu kepada pihak bank sebagai konsekuensi dari ketidakmampuannya membayar utang. Kabarnya, proses penyitaan rumah akan dilakukan esok harinya sekitar pukul 09.00 pagi.
Ghonim tak bisa berbuat apa-apa dengan kenyataan yang tengah dihadapinya. Apalagi, Pak Siregar juga tengah dililit kesusahan. Dengan penuh kesedihan, Ghonim dan istrinya, juga tiga buah hatinya yang masih kecil (anak pertama duduk di kelas 3 SD, anak kedua masih kelas 1 SD, dan ketiga masih balita), segera membereskan barang-barang yang bisa dibawa.
Jika keesokan harinya belum ditemukan jalan keluar, Ghonim sudah merencanakan barang-barang tersebut akan dititipkan pada tetangga untuk beberapa hari, sebelum diangkut ke rumah orang tua istrinya di luar kota. Ia sendiri menginap di masjid dekat rumah, kebetulan ia sering ke masjid dan sudah kenal baik dengan ketua DKM di sana.
Malam harinya, Ghonim tidak jadi berangkat ke masjid karena melihat sang istri tidak henti-hentinya menangis. Sangat wajar karena kejadian itu di luar dugaan. Melihat istrinya yang sangat sedih, Ghonim mengajaknya shalat berjamaah Isya di tengah rumah kontrakan. Bagi Ghonim dan istrinya, shalat kali ini terasa begitu khusyuk. Ghonim berdoa. sementara istrinya dan anak-anaknya mengamini.
Singkat cerita, akhirnya mereka tertidur saat malam telah berlalu. Saat terbangun pada subuh hari, sekitar jam 04.00, dilihatnya si sulung yang bernama Rafi sedang shalat tahajud.
Mereka kaget sekaligus kagum. Saat Rafi berdoa, Ghonim dan istrinya medengar anak yang baru kelas 3 SD itu mengulang-ngulang bacaan surat al-Fatihah. Mungin ratusan kali atau bahkan lebih, sambil mengadahkan tangan ke atas. Rafi tidak membaca doa apa pun selain Al-Fatihah.
Selesai salat, Rafi berkata pada ibunya.
“Bu, Rafi pernah dengar dari Pak Ustadz kalau Allah senang mendengar surat al-Fatihah. Rafi baru ingat tadi malam. Ya udah, Rafi minta sama Allah dengan al-Fatihah itu supaya tidak jadi pergi dari sini," katanya.
Mendengar penuturan Rafi yang masih kecil itu, ibunya hanya mengiyakan dengan mata berkaca-kaca.
“Iya, semoga saja Nak” jawab sang ibu.
Tak disangka, usai shalat Subuh, ponsel jadul milik Pak Ghonim berdering. Ternyata, Pak Mughni, mantan bosnya di kantor menelepon. Mereka berbincang agak lama.
Perbincangan itu seperti mengabarkan kebahagiaan. Itu terlihat dari perubahan air muka Pak Ghonim, yang tadinya kuyu menjadi cerah kembali. Penuh cahaya kebahagiaan.
Setelah lama bincang-bincang dengan Pak Mughni, Pak Ghonim segera menghampiri istri dan anak-anaknya. Ia pun merangkul Rafi dengan mata berkaca-kaca.
“Doamu dikabulkan Nak. Alhamdulillah. Hari ini kita jadi pindah dari sini. Tapi pindahnya ke rumah yang lebih bagus dari rumah ini,” kata Ghonim.
Mantan bosnya yang bernama Pak Mughni itu menawarkan pekerjaan baru, yaitu mengurus salah satu vila miliknya yang baru direnovasi. Vila itu terbilang mewah, luas, dan letaknya sangat strategis. Ketika Ghonim mengungkapkan kondisi yang tengah dialaminya, mantan bosnya itu langsung menyuruhnya untuk segera pindah.
Baca Juga:
Maha Besar Allah dengan segala firman-Nya. Allah menolong Ghonim dan keluarganya lewat perantara surat Al-Fatihah. Masya Allah. [Radarislam/ Km]
Kisah Nyata: dahsyatnya surat Al Fatihah, dari rumah kontrakan menuju Villa mewah dialami oleh Ghonim yang di-PHK dari pekerjannya. Ghonim bersama keluarganya disuruh segara angkat kaki dari rumah kontrakan.
Tentu saja ini merupakan kenyataan yang sangat pahit yang pernah ia alami. Tak ada lagi proses diplomasi, negoisasi, atau musyawarah. Semua buntu. Jalan satu-satunya adalah segera berbenah dan mengosongkan rumah kontrakan. Sebab, Pak Siregar (pemilik kontrakan) harus segera menyerahkan rumah yang ditempati Ghonim itu kepada pihak bank sebagai konsekuensi dari ketidakmampuannya membayar utang. Kabarnya, proses penyitaan rumah akan dilakukan esok harinya sekitar pukul 09.00 pagi.
Ghonim tak bisa berbuat apa-apa dengan kenyataan yang tengah dihadapinya. Apalagi, Pak Siregar juga tengah dililit kesusahan. Dengan penuh kesedihan, Ghonim dan istrinya, juga tiga buah hatinya yang masih kecil (anak pertama duduk di kelas 3 SD, anak kedua masih kelas 1 SD, dan ketiga masih balita), segera membereskan barang-barang yang bisa dibawa.
Jika keesokan harinya belum ditemukan jalan keluar, Ghonim sudah merencanakan barang-barang tersebut akan dititipkan pada tetangga untuk beberapa hari, sebelum diangkut ke rumah orang tua istrinya di luar kota. Ia sendiri menginap di masjid dekat rumah, kebetulan ia sering ke masjid dan sudah kenal baik dengan ketua DKM di sana.
Malam harinya, Ghonim tidak jadi berangkat ke masjid karena melihat sang istri tidak henti-hentinya menangis. Sangat wajar karena kejadian itu di luar dugaan. Melihat istrinya yang sangat sedih, Ghonim mengajaknya shalat berjamaah Isya di tengah rumah kontrakan. Bagi Ghonim dan istrinya, shalat kali ini terasa begitu khusyuk. Ghonim berdoa. sementara istrinya dan anak-anaknya mengamini.
Singkat cerita, akhirnya mereka tertidur saat malam telah berlalu. Saat terbangun pada subuh hari, sekitar jam 04.00, dilihatnya si sulung yang bernama Rafi sedang shalat tahajud.
Mereka kaget sekaligus kagum. Saat Rafi berdoa, Ghonim dan istrinya medengar anak yang baru kelas 3 SD itu mengulang-ngulang bacaan surat al-Fatihah. Mungin ratusan kali atau bahkan lebih, sambil mengadahkan tangan ke atas. Rafi tidak membaca doa apa pun selain Al-Fatihah.
Selesai salat, Rafi berkata pada ibunya.
“Bu, Rafi pernah dengar dari Pak Ustadz kalau Allah senang mendengar surat al-Fatihah. Rafi baru ingat tadi malam. Ya udah, Rafi minta sama Allah dengan al-Fatihah itu supaya tidak jadi pergi dari sini," katanya.
Mendengar penuturan Rafi yang masih kecil itu, ibunya hanya mengiyakan dengan mata berkaca-kaca.
“Iya, semoga saja Nak” jawab sang ibu.
Tak disangka, usai shalat Subuh, ponsel jadul milik Pak Ghonim berdering. Ternyata, Pak Mughni, mantan bosnya di kantor menelepon. Mereka berbincang agak lama.
Perbincangan itu seperti mengabarkan kebahagiaan. Itu terlihat dari perubahan air muka Pak Ghonim, yang tadinya kuyu menjadi cerah kembali. Penuh cahaya kebahagiaan.
Setelah lama bincang-bincang dengan Pak Mughni, Pak Ghonim segera menghampiri istri dan anak-anaknya. Ia pun merangkul Rafi dengan mata berkaca-kaca.
“Doamu dikabulkan Nak. Alhamdulillah. Hari ini kita jadi pindah dari sini. Tapi pindahnya ke rumah yang lebih bagus dari rumah ini,” kata Ghonim.
Mantan bosnya yang bernama Pak Mughni itu menawarkan pekerjaan baru, yaitu mengurus salah satu vila miliknya yang baru direnovasi. Vila itu terbilang mewah, luas, dan letaknya sangat strategis. Ketika Ghonim mengungkapkan kondisi yang tengah dialaminya, mantan bosnya itu langsung menyuruhnya untuk segera pindah.
Baca Juga:
- Subhanallah! Saat Makam Korban yang Dibakar Hidup-Hidup di Bekasi Dibongkar, Tukang Gali Kubur Ini Temukan Ada Yang Janggal, Ternyata
- Nikahi 2 Wanita Sekaligus Dalam 1 Resepsi, Pria Ini Malah Bingung: “Pusing Aku Gimana Malam Pertama”
- Alamak! Di Pernikahan Suaminya dengan Istri Muda, Istri Pertama Ikut Duduk di Pelaminan, Begini Ekspresi Wajahnya
Maha Besar Allah dengan segala firman-Nya. Allah menolong Ghonim dan keluarganya lewat perantara surat Al-Fatihah. Masya Allah. [Radarislam/ Km]