Bocah SD Meninggal Akibat Berkelahi Dengan Temannya ,Orang Tua Wajib Tahu 5 Hal ini
Bocah
meninggai akibat berkelahi dengan teman, Radarislam.com ~ Jika
melihat anak kecil berkelahi, tentu kita berpikir jika itu hal yang wajar,
namanya juga anak kecil. Tapi jangan salah, perkelahian yang terjadi pada
anak-anak juga kadang nggak kalah mengerikan dari orang dewasa. Kelalaian dalam
memberikan pengawasan kadang membuat mereka lebih liar dari apa yang kita
bayangkan.
Ya, mungkin sebagai orang yang lebih dewasa kita berusaha
memberikan contoh sebaik-baiknya. Tapi, bagaimana dengan lingkungan bermain dan
tontonan yang mereka saksikan? Yang perlu kita tahu, anak-anak adalah peniru nomor
satu. Apa yang dia lihat tiap hari adalah yang dia pelajari. Anak kecil juga
bisa melakukan hal yang dilakukan orang dewasa. Bahkan, ketika berkelahi,
mereka bisa lebih mengerikan dari orang dewasa. Berikut ini beberapa buktinya.
1.
Anak
kecil juga bisa melayangkan pukulan mematikan
Kasus bullying memang tak pernah bisa lepas dari dunia
pendidikan. Bahkan, di sekolah tingkat SD sudah banyak terjadi kasus demikian.
Entah dari mana anak-anak kecil tersebut belajar menindas teman sebayanya.
Tapi yang jelas, kasus tersebut benar-benar terjadi,
bahkan berakibat fatal. Seperti yang tengah viral di pelbagai media sosial saat
ini, kasus bocah kelas 2 SD asal Sekolah Dasar Negeri Longkewang, Desa
Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Bocah tersebut tewas karena dibully teman sekelas.
Awalnya, kisahnya dibagikan oleh netizen bernama Ambbu Abbi. Dari cerita yang
dibagikan Ambbu Abbi, korban berinisial SR merenggang nyawa setelah dipukuli
oleh teman sekelas. Awalnya, korban SR pingsan setelah dipukul. Pihak sekolah
sempat memberikan pertolongan, namun karena tak kunjung sadar, akhirnya
diputuskan untuk melarikan korban ke puskesmas terdekat, namun sayang nyawa
korban tidak tertolong. Dari kejadian tersebut, tentu kita tak bisa menilai
bahwa perkelahian anak SD itu masalah sepele.
2.
Anak
kecil juga bisa berlagak preman, main kroyok teman sekolah
Nyatanya, sistem pergaulan dengan membentuk ‘geng’ sudah
ada sejak bangku SD. Di mana salah satu siswa ada yang dianggap paling pantas
berperan sebagai atasan atau bos. Sementara lainnya adalah para bawahan yang
siap diberi perintah apapun. Buruknya dari sistem pertemanan tersebut adalah,
sang ketua pasti punya jiwa besar kepala. Karena merasa kuat dan berkuasa, ia
pun gemar menindas teman lainnya. Sebagai contohnya saja, satu kasus yang
terjadi pada Dayan Ahmadi, bocah asal Kasongan, Kalteng.
Bocah tersebut pulang ke rumah dalam kondisi
bengkak-bengkak di bagian wajah. Selain itu, Dayan juga terus mengeluarkan
darah dari hidung. Karena khawatir, akhirnya keluarga merujuknya ke rumah
sakit. Dari situlah Dayan mengaku jika dikeroyok oleh teman-teman sekolahnya.
Parahnya lagi, tak lama setelahnya, mata Dayan juga mengalami kebutaan. Itulah
sebab kenapa para pendidik di sekolah harus ekstra waspada dengan adanya
bibit-bibit gengster di sekolah.
3.
Peruncing
pensil bisa jadi senjata
Mungkin kita tahu, anak SD zaman sekarang nggak lagi
lugu-lugu seperti yang dulu. Selain sudah kenal pacar-pacaran, sebagian juga
kenal senjata tajam. Mungkin, umumnya anak sekolah membawa cutter untuk meraut
pensil. Namun, kasus yang terjadi Kabupaten Pinrang sungguh di luar dugaan.
Seorang pelaku berinisial FA menikam korban AS menggunakan pisau peruncing
pensil sebelum pelajaran dimulai.
Latar belakangnya sendiri karena dendam, pelaku
sebelumnya kerap ditendang oleh korban. Akibat penganiayaan tersebut, korban
mengalami luka tusukan di punggung sebelah kanan. Korban pun segera dilarikan
ke puskesmas setempat. Beruntung luka tusukan tersebut tidak terlalu dalam.
4.
Apa
saja bisa dimanfaatkan sebagai pemukul
Bullying memang kerap terjadi tanpa alasan yang jelas.
Ada kalanya, seorang korban ditindas hanya karena dia penakut. Sifat tidak
melawan tersebut yang justru menjadikannya langganan untuk ditindas oleh si
pembully. Hal itu pula yang terjadi pada Muhamad Syahrul, siswa kelas VI di SDN
Kramat Watu 3 ini kerap dipukul di bagian kepalanya tanpa alasan yang jelas.
Hingga suatu hari, ia mengatakan tidak mau lagi bersekolah. Karena tidak
mengatakan alasan yang jelas, orangtua korban tentu tidak mengabulkan permintaannya.
Namun, suatu kali korban mengeluhkan sakit kepala, korban
sampai dilarikan ke rumah sakit karena mengalami pembengkakan di kepala dan
kejang-kejang. Menurut keterangan dokter, kepala korban tersebut terjadi karena
pukulan benda tumpul. Saat itu, barulah korban bersedia cerita pada dokter
bahwa teman sekelasnya selalu memukul bagian kepalanya.
5.
Anak
SD juga sudah kenal tawuran
Sudah dibahas sebelumnya jika anak kecil memang peniru
nomor satu, mereka juga sudah mengenal geng-gengan. Mungkin satu kasus yang
terjadi antara SD Gunung Brintik dan SD Al Khotimah yang menyerang SD Pekunden
pada akhir 2016 lalu bisa jadi tamparan keras bagi kita semua. Pasalnya,
anak-anak kecil tersebut juga membawa senjata tajam dan juga ikat pinggang yang
dilengkapi besi, seperti tindakan ala-ala tawuran SMA dan mahasiswa.
Pemerintah Kota Semarang dan Dinas Pendidikan merasa
begitu prihatin dengan fenomena ini. Beruntung aksi tawuran tersebut tak sampai
terjadi karena lebih dulu ketahuan. Lebih beruntung lagi, pemkot memutuskan
tidak memberikan hukuman pada anak-anak tersebut, namun siap memberikan
bimbingan khusus agar kejadian serupa tak sampai terjadi.
Itulah sedikit contoh bahwa anak kecil juga bisa berbahaya
seperti halnya orang dewasa. Oleh sebab itu, ada baiknya kita selalu memberikan
perhatian dan pengawasan khusus bagi mereka, anak-anak yang lagi masa-masanya
meniru. [Radarislam/ Wb]