Kasihan! Kakek Penjual Bola Kecil dan Abu Gosok Ini Sahur dan Buka Puasa Hanya Minum Air Putih
Radarislam.com ~ Di dunia ini masih banyak orang yang belum menemukan kehidupan yang layak. Mereka masih harus banting tulang ketika sudah memasuki usia senja. Masih banyak yang memilih untuk bekerja keras daripada harus mengemis atau meminta-minta. Walau sering kali hasil jerih payah yang didapat dari usaha tersebut tidak seberapa.
Seperti yang diunggah akun Facebook Fauziah Ulfa, ia menuliskan kisah pilu seorang kakek renta giat mencari rezeki. Setiap hari, berjalan pagi dari rumah mendorong gerobak kecil berisi abu gosok yang dijualnya Rp 3.000 perkantong plastik.
Sang kakek pun tak peduli dengan panasnya sengatan matahari meskipun tengah berpuasa. Mirisnya lagi, kakek yang hidup menumpang ini hanya sahur dan buka puasa hanya dengan minum air putih. Ia pun tak bisa mengobrol banyak karena akan membuat perutnya perih.
Berikut postingannya:
Teruntuk Mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Beberapa kali saya temui kakek ini, bahkan beberapa kali pula saya mencari keberadaan beliau.
Beliau kakek tua yang giat mengais rezeki, tak peduli tubuh renta, tak peduli sengatan matahari.
Berjalan pagi dari rumah membawa gerobak kecil miliknya yang berisi “bola kecil dan abu gosok”.
Fikirnya saya saat tahu pertama kali apa yang beliau jual “jaman sudah se-modern ini sudah jarang sekali yg menggunakan abu gosok”. Namun, beliau tidak menyerah. Tidak menjadikan ke-rentaannya utk meminta belas kasih seseorang.
Itu yang saya patut acungi jempol.
Pagi ini, ketika ingin berangkat ke kampus. Saya bertemu kakek ini sedang duduk di pinggir jalan dengan lemahnya. Sontak saya berhenti, berniat membeli se-plastik abu gosok utk membantunya. Sebab jika saya hanya memberinya uang, sy takut beliau tersinggung.
“Pak, beli abu gosoknya ya” berkali2 saya berkata, beliau hanya terdiam. Ternyata, pendengaran beliau terganggu. Saya mengencangkan suara dan beliau akhirnya mendengar.
Dengan tergopoh2 utk berdiri beliau menyiapkan abu gosok pesanan saya.
“Tidak usah banyak2 pak, berapa harganya?”
“3000 ribu neng”
Saya terdiam, untuk seplastik abu gosok beliau hanya menjual 3000 rupiah. Benar2 nominal yg tdk ada apa2nya utk jaman skrg.
Saya pun bayar, memberi dengan lebih berniat bukan untuk menganggapnya peminta2 tapi karna simpati saya sebagai manusia (bukan utk riya hanya berbagi kisah).
Setelah saya bayar, begitu banyak doa yg beliau layangkan utk saya sambil mencoba duduk kembali.
Karena memang sudah lama sekali sy mencari kakek ini, moment ini pun saya gunakan utk sedikit bertanya ttg kehidupannya.
“Bapak tinggal dimana?”
“Deket, di deket bengkel las daerah pisangan”
Seperti yang diunggah akun Facebook Fauziah Ulfa, ia menuliskan kisah pilu seorang kakek renta giat mencari rezeki. Setiap hari, berjalan pagi dari rumah mendorong gerobak kecil berisi abu gosok yang dijualnya Rp 3.000 perkantong plastik.
Sang kakek pun tak peduli dengan panasnya sengatan matahari meskipun tengah berpuasa. Mirisnya lagi, kakek yang hidup menumpang ini hanya sahur dan buka puasa hanya dengan minum air putih. Ia pun tak bisa mengobrol banyak karena akan membuat perutnya perih.
Berikut postingannya:
Teruntuk Mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Beberapa kali saya temui kakek ini, bahkan beberapa kali pula saya mencari keberadaan beliau.
Beliau kakek tua yang giat mengais rezeki, tak peduli tubuh renta, tak peduli sengatan matahari.
Berjalan pagi dari rumah membawa gerobak kecil miliknya yang berisi “bola kecil dan abu gosok”.
Fikirnya saya saat tahu pertama kali apa yang beliau jual “jaman sudah se-modern ini sudah jarang sekali yg menggunakan abu gosok”. Namun, beliau tidak menyerah. Tidak menjadikan ke-rentaannya utk meminta belas kasih seseorang.
Itu yang saya patut acungi jempol.
Pagi ini, ketika ingin berangkat ke kampus. Saya bertemu kakek ini sedang duduk di pinggir jalan dengan lemahnya. Sontak saya berhenti, berniat membeli se-plastik abu gosok utk membantunya. Sebab jika saya hanya memberinya uang, sy takut beliau tersinggung.
“Pak, beli abu gosoknya ya” berkali2 saya berkata, beliau hanya terdiam. Ternyata, pendengaran beliau terganggu. Saya mengencangkan suara dan beliau akhirnya mendengar.
Dengan tergopoh2 utk berdiri beliau menyiapkan abu gosok pesanan saya.
“Tidak usah banyak2 pak, berapa harganya?”
“3000 ribu neng”
Saya terdiam, untuk seplastik abu gosok beliau hanya menjual 3000 rupiah. Benar2 nominal yg tdk ada apa2nya utk jaman skrg.
Saya pun bayar, memberi dengan lebih berniat bukan untuk menganggapnya peminta2 tapi karna simpati saya sebagai manusia (bukan utk riya hanya berbagi kisah).
Setelah saya bayar, begitu banyak doa yg beliau layangkan utk saya sambil mencoba duduk kembali.
Karena memang sudah lama sekali sy mencari kakek ini, moment ini pun saya gunakan utk sedikit bertanya ttg kehidupannya.
“Bapak tinggal dimana?”
“Deket, di deket bengkel las daerah pisangan”
(Saya menyimak)
“Saya tinggal numpang sama orang, anak saya tinggal di cikarang. Perut saya sakit neng, selama puasa gak pernah makan karena gak ada apa2 dirumah. Saur sm buka cuma pake air putih aja”
Suaranya terdengar parau menahan tangis.
“Bapak kenapa gak istirahat aja? Gak usah puasa aja pak”
Beliau hanya tersya tersenyum. Dan berkata “maaf ya neng, saya gak bisa ngobrol banyak. Perut saya sakit kalo banyak ngobrol”
“Ohiyaa pak, saya pamit ya pak”
Tangis saya tertahan, saya merasa tertampar pagi ini.
Beliau sudah se-tua itu, masih sanggup berpuasa. Masih sanggup bekerja.
Saya yang se-muda ini, masih sering mengeluh, masih sering menyepelekan makanan sdgkan kakek tersebut, untuk makan pun susah.
Dari tulisan ini,
Saya bermaksud mengajak teman2 semua utk membantu beliau terkhusus mahasiswa/i UIN Jakarta karena posisi beliau yg dekat dgn kampus dan seluruh warga tangerang selatan.
Jika kalian temui kakek ini, berhentilah sejenak.
Belilah abu gosoknya yg seharga 3000 rupiah atau bola kecil yg seharga 5000 rupiah.
Pak, semoga hari ini Allah memberimu rezeki yg berlimpah dan semoga ibadah puasamu beberapa hari ini di terima oleh Allah.
Ciputat, 31 Mei 2017"
Dalam postingan tersebut ditulis juga tanda pagar #mariberbagidibulanberkah, #berbagiterhadapsesama dan #ramadhanberkah
Tulisan yang diunggah akun Facebook Fauziah Ulfa ini pun mendapat banyak respon mengharukan dari netizen. Postingan ini sudah dibagikan sebanyak sedikitnya dari 1000 kali dan mendapat sekitar 250 komentar.
Netizen pun mengalirkan doa untuk si kakek agar selalu diberi kesehatan dan rejeki untuknya juga mengalir.
"Saya sering beli bola bt anak saya wkt msih kecil dr kakek itu, anak saya skrg udh 8th…sehat dan panjang umur ya kek," kata netizen.
"Ya allah baca ini miris bgt mpe netesin aer mata nyentuh di hati, kalo dekat pasty saya akan bantu karna dsini msh perlu dgn abu gosok,mudah” n si bapa mndptkan bnyak rejeki nd diberikan kesehatan oleh allah swt," doa netizen.
"Amin semoga diberi kelancaran ya kakek," tulis netizen
"Saya do’a in kakek sehat jasmani rohaninya dan selalu dalam lindungan ALLOH SUBHANNAHU WATTA ALA," harao netizen.
"Kasian nasib kake ituh kalaw deket pasti aku bantu," komentar netizen.
"Semoga Allah SWT melimpahkan kesehatan dan rejeki kepada Bapak tersebut..Aamiin!," imbuh lainnya.
Semoga saja kehidupan kakek ini berubah menjadi lebih baik ya? [Radarislam/ Tn]
“Saya tinggal numpang sama orang, anak saya tinggal di cikarang. Perut saya sakit neng, selama puasa gak pernah makan karena gak ada apa2 dirumah. Saur sm buka cuma pake air putih aja”
Suaranya terdengar parau menahan tangis.
“Bapak kenapa gak istirahat aja? Gak usah puasa aja pak”
Beliau hanya tersya tersenyum. Dan berkata “maaf ya neng, saya gak bisa ngobrol banyak. Perut saya sakit kalo banyak ngobrol”
“Ohiyaa pak, saya pamit ya pak”
Tangis saya tertahan, saya merasa tertampar pagi ini.
Beliau sudah se-tua itu, masih sanggup berpuasa. Masih sanggup bekerja.
Saya yang se-muda ini, masih sering mengeluh, masih sering menyepelekan makanan sdgkan kakek tersebut, untuk makan pun susah.
Dari tulisan ini,
Saya bermaksud mengajak teman2 semua utk membantu beliau terkhusus mahasiswa/i UIN Jakarta karena posisi beliau yg dekat dgn kampus dan seluruh warga tangerang selatan.
Jika kalian temui kakek ini, berhentilah sejenak.
Belilah abu gosoknya yg seharga 3000 rupiah atau bola kecil yg seharga 5000 rupiah.
Pak, semoga hari ini Allah memberimu rezeki yg berlimpah dan semoga ibadah puasamu beberapa hari ini di terima oleh Allah.
Ciputat, 31 Mei 2017"
Dalam postingan tersebut ditulis juga tanda pagar #mariberbagidibulanberkah, #berbagiterhadapsesama dan #ramadhanberkah
Tulisan yang diunggah akun Facebook Fauziah Ulfa ini pun mendapat banyak respon mengharukan dari netizen. Postingan ini sudah dibagikan sebanyak sedikitnya dari 1000 kali dan mendapat sekitar 250 komentar.
Netizen pun mengalirkan doa untuk si kakek agar selalu diberi kesehatan dan rejeki untuknya juga mengalir.
"Saya sering beli bola bt anak saya wkt msih kecil dr kakek itu, anak saya skrg udh 8th…sehat dan panjang umur ya kek," kata netizen.
"Ya allah baca ini miris bgt mpe netesin aer mata nyentuh di hati, kalo dekat pasty saya akan bantu karna dsini msh perlu dgn abu gosok,mudah” n si bapa mndptkan bnyak rejeki nd diberikan kesehatan oleh allah swt," doa netizen.
"Amin semoga diberi kelancaran ya kakek," tulis netizen
"Saya do’a in kakek sehat jasmani rohaninya dan selalu dalam lindungan ALLOH SUBHANNAHU WATTA ALA," harao netizen.
"Kasian nasib kake ituh kalaw deket pasti aku bantu," komentar netizen.
"Semoga Allah SWT melimpahkan kesehatan dan rejeki kepada Bapak tersebut..Aamiin!," imbuh lainnya.
Semoga saja kehidupan kakek ini berubah menjadi lebih baik ya? [Radarislam/ Tn]