Mbah Kadiyem Meninggal Tanpa Kehadiran Anak Cucunya, Kisahnya Bikin Haru Netizen - RadarIslam.com

Mbah Kadiyem Meninggal Tanpa Kehadiran Anak Cucunya, Kisahnya Bikin Haru Netizen

Radarislam.com ~ Saat diijemput ajal patutlah anak-anak dan keluarga menunggui dan mengirimkan doa. Namun sepertinya tak dialami nenek renta ini. Mbah Kadiyem akhirnya meninggal dunia, setelah sepuluh tahun ditelantarkan anak-anaknya, Jumat (10/3/2017).

Nenek 85 tahun asal Dusun Ngulubang, Desa Mlilir, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun, itu meninggal hanya ditunggui keponakannya, Masinah (60). Ia meninggal di rumah kecil yang berada di pinggir sawah. Menurut Masina, sebelum meninggal Mbah Kardiyem sempat mengatakan ingin pulang dan menyuruhnya untuk jangan beranjak dari sampingnya.

Saat mengatakannya, badan Mbah Kadiyem tiba-tiba panas. Tak berapa lama kemudian Mbah Kadiyem terdiam lalu diketahui sudah meninggal dunia. Masinah tak menduga, setelah memandikan dan menyuapi bubur Mbah Kadiyem pergi untuk selamanya. Ia baru menyadari kata-kata bibinya itu merupakan sepenggal kalimat terakhir yang disampaikan sebelum meninggal dunia. Masinah yakin walau hidup sendiri atnpa anak dan cucunya, Mbah Kadiyem meninggal dalam kondisi tenang. Begitu meninggal dunia, banyak warga yang datang takziah ke rumahnya.

“Pak Danramil juga datang melayat kesini,” katanya.

Tetangga yang merawat Mbah Kadiyem, Sulami, mengaku sempat menghubungi anak kandungnya yang tinggal di Lampung tak lama setelah Mbah Kadiyem menghembuskan nafas terakhir.
Namun sampai saat ini, anak kandung Mbah Kadiyem tak kunjung datang. Warga sepakat memakamkan di tempat pemakaman umum desa itu.
Sebelum meninggal, kondisi Mbah Kadiyem yang memprihatinkan sempat menjadi perhatian banyak orang. Semenjak hidup sebatang kara, Mbah Kadiyem hanya mengandalkan uluran tetangga dan orang lain untuk bertahan hidup. Hal ini karena, Mbah Kadiyem sudah tak sanggup berdiri sejak tiga tahun silam. 

Setiap hari, Mbah Kadiyem hanya tergeletak tak berdaya di sebuah kasur lusuh. Ia terbaring tanpa perhatian dati anak-anaknya di ruang tamu dalam rumah berukuran sekitar 6 x 6 meter. Kondisi rumah tersebut bisa dikatakan tak layak.

Lantai dan temboknya sudah berlubang. Hanya terdapat dipan kayu yang sudah lapuk dan beberapa peralatan dapur yang sudah usang. Tak ada satu pun perabotan rumah tangga.  Di samping kiri dan belakang rumah Kadiyem terhampar sawah. Di samping kanannya, terdapat rumah kecil yang sudah kosong ditinggal pemiliknya. Untuk penerangan ruang tamu yang menjadi kamar tidur, tetangganya berbaik hati mengulurkan listrik untuk sekedar menerangi ruangan. Satu lampu listrik 10 watt ditaruh di atas ruang tamu dan satu lampu berdaya 5 watt dipasang di teras rumahnya.

Sulami mengatakan ia begitu terketuk merawat Mbah Kardiyem lantaran tidak ada keluarga yang merawat. Sulami yang berstatus janda beranak satu ini, tinggal persis di depan rumah Kadiyem. Walau penghasilannya terbatas karena bekerja sebagai buruh tani, Sulami tak pernah menyerah merawat Kadiyem. Keikhlasannya merawat nenek Kadiyem, membuat banyak orang berempati.

“Dulu sebelum kondisi Mbah Kadiyem tak berdaya, dia masih bisa menghidupi dirinya sendiri. Tapi setelah badannya lemas empat tahun terakhir, saya yang memberi makan, minum, memandikan hingga membersihkan kotoran hajatnya karena mbah Kadiyem tidak bisa berdiri dan berjalan lagi,” paparnya.

Baca Juga:

Rumah mungil almarhumah Mbah Kardiyem kini sudah tak berpenghuni. Hanua Keponakannya, Masinah, yang tinggal di Babadan, Kabupaten Ponorogo, seminggu sekali menengok rumah milik almarhumah Kadiyem. [Radarislam/ Io]

Share This !

Related Posts :