Fakta Mengejutkan Biksu Radikal Myanmar Yang Anti Muslim Rohingya
Radarislam.com ~ Konflik yang berujung pertumpahan darah di Myanmar
dimulai ketika tahun 2012. Di sana, warga Muslim etnis Rohingnya mendapatkan
perlakuan yang sewenang-wenang dari
mayoritas umat Buddha di Rakhine. Merdeka melansir bahwa bulan Oktober 2016,
kekerasan kembali dialami oleh warga muslim Rohingya.
Militer Myanmar memburu orang-orang yang dianggap sebagai
militan Islam di Rakhine. Mereka juga mendapatkan dukungan dari warga beragama
Buddha yang radikal. Pimpinan spiritual di Tibet yaitu Dalai Lama mengecam
tindakan yang dilakukan Umat Buddha. Dia mengatakan bahwa aksi umat Buddha yang
melakukan pembunuhan atas nama agama adalah hal yang tidak masuk akal.
“Pembunuhan atas nama agama itu menyedihkan dan juga tidak
masuk akal. Sampai sekarang, umat Buddha masih melakukan kekerasan di Myanmar,”
jelasnya.
Myanmar kini ditempati oleh mayoritas Umat Buddha. Mereka
memiliki organisasi yang bersifat anti muslim. Organisasi ini dipimpin oleh
Yang Mulia Ashin Wirathu. Gerakan mereka dinamakan 969.
Siapa sesungguhnya Wirathu? Inilah beberapa fakta tentang
Wirathu:
1. Pemimpin gerakan anti muslim 969
Gerakan 969 dipimpin oleh biksu yang beraliran radikal. Namun
gerakan ini mendapatkan dukungan penuh dari pemerintahan dan masyarakat luas. Gerakan
yang keras ini tumbuh pada masyarakat bawah.
“Membiarkan kami melakukan ceramah-ceramah untuk
melindungi agama dan ras kami, saya rasa mereka memberikan dukungan pada kami,”
ujar Wimala, seorang biksu gerakan 969.
Sementara itu Myo Win, wakil dari Asosiasi Muslim Burma
di Yangon mengatakan hal yang serupa.
“Gerakan yang menentang Muslim terus bertumbuh sedangkan
pemerintah tidak bisa menghentikan hal ini,” ujar Myo Win.
Lebih jauh, Myo Win menyebutkan bahwa 969 tak jauh beda
dengan kelompok ekstrem Ku Klux Klan di negeri Paman Sam.
Logo 969 adalah logo yang kini paling dikenal di Myanmar.
Logo tersebut bentuknya lingkaran cakra dan ada empat singa Asia di bagian
tengahnya. Singa itu melambangkan keturunan Ashoka. Stiker 969 sering
dibagi-bagikan ketika ceramah. Sticker ini juga ditempelkan pada banyak tempat.
Umat Buddha beralasan bahwa 969 adalah gerakan yang
dimaksudkan untuk melindungi dan menyebarkan agama negara Myanmar yaitu Agama
Buddha. Wirathu menyebarkan gerakan 969 di tahun 2001 ketika Taliban
menghancurkan Buddha di Afganistan. 2 tahun kemudian, Wirathu ditangkap dan
divonis mendekam di penjara selama 25 tahun karena terbukti menyebarkan pamflet
anti Muslim. Pamflet tersebut memicu kerusuhan sampai puluhan Muslim tewas.
2. Majalah Time Sebut Wirathu Sebagai Ter0ris
Majalah Time pernah memasang wajah Wirathu dan memberinya
judul ‘Wajah Ter0r si Pengikut Buddha’ di tahun 2013 Bulan Juli. Dia sebelumnya
diduga sebagai dalang dari pembantaian Muslim di Rohingya.
Pada khotbah dan wawancaranya, Wirathu secara konsisten
mengatakan bahwa Myanmar harus menjadi negara Buddhis. Pendatang beragama
Muslim seperti Muslim Rohingnya harus dibatasi sebisa mungkin. Jika perlu,
habisi.
Wiratu mengatakan bahwa dia adalah Bin Laden asal Burma. Dia
menyebutkan muslim adalah musuh. Dia menuding bahwa muslim-muslim yang ada di
Myanmar merupakan sumber dari kejahatan.
“Tugas saya menyebarkan misi yang satu ini dan saya
bekerja untuk orang-orang yang masih mengimani ajaran para Buddha.”
Myanmar lalu melarang Majalah Time edisi itu karena
isinya hanya menceritakan kekerasan yang dilakukan Umat Buddha kepada Muslim.
3. Wirathu Samakan Diri dengan Trump
Wirathu bahkan mengaku dirinya mirip dengan Donald Trump.
“Kami (saya dan Trump) banyak disalahkan oleh orang-orang
di seluruh dunia. Kami hanya melindungi rakyat dan negara kami,” ujar Wirathu
pada 12 November 2016 silam.
“Orang-orang mengatakan bahwa kami memiliki pemikiran
yang sempit. Namun negara demokrasi macam Amerika Serikat memilih Donald Trump,
orang yang mirip dengan saya dan sangat mengedepankan nasionalisme,” lanjutnya.
Wirathu menyebutkan bahwa ada organisasi yang mencegah
Islamisasi di Amerika Serikat. Organisasi itu ingin bertemu dengan organisasi
Myanmar guna berdiskusi.
“Myanmar tidak membutuhkan saran dari negara-negara lain,”
tegasnya.
Wirathu dianggap sebagai dalang terhadap pembantaian warga Muslim di
Myanmar. Pada konflik tahun 2012, 200 orang tewas dan ratusan ribu penduduk
harus mengungsi. Mayoritas dari mereka adalah Muslim Rohingya di Negara Bagian Rakhine.